/* Whatsapp css setting */ .tist{background:#35BA47; color:#fff; padding:2px 6px; border-radius:3px;} a.tist:hover{color:#fff !important;

Monday, 31 August 2015

Simposium Internasional PPI Dunia 2015

Hai teman-teman sekalian PPI Austria

Tak terasa kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia sudah menginjak usianya yang ketujuh, setelah yang pertama kalinya digagas dan diadakan di negara Belanda pada tahun 2008. Kegiatan SI ini adalah merupakan suatu wadah ajang silahturahmi para PPI sedunia dalam menuangkan ide gagasan demi kemajuan dan kemaslahatan para PPI sedunia dan juga memberikan sumbangsih untuk negara tercinta Indonesia.


SI tahun 2015 ini diadakan di Negara Singapura pada tanggal 08-10 Agustus 2015, dimana PPI Austria mengutus alumni sekaligus pembinanya yaitu Mas Hary Febriansyah untuk berpartisipasi dan juga menjadi moderator dalam sesi panel III yang berbicara tentang Semangat Kewirausahaan yang dihadiri oleh Bapak Jusuf Kalla, Bapak Boediono, Bapak anies Baswedan, Bapak Ignatius Jonan, Bapak sandiaga Uno, Ibu Mari Elka pangestu, dan beberapa pembicara lain yang sangat kompeten dibidangnya.




Sangat terasa akrab dan solid bersama rekan-rekan PPI dari 35 negara lain jumlah peserta lebih dari 200 orang termasuk beberapa Atase Pendidikan Kebudayaan yang hadir selama 3 hari di Negara Singapura kemarin. Kami berdiskusi, bercengkerama dan berakrab diri dibalik suasana HUT RI 70 dan HUT Negara Singapura ke 50. Kami bekerjasama saling bahu membahu untuk memberikan sumbangsih pemikiran terbaik bagi kemajuan PPI Dunia dan juga bagi negara tercinta Indonesia. Hingga akhirnya terpilihlah Koordinator PPI Dunia periode tahun 2015-2016 yaitu Rekan-rekan dari Permira- Rusia.




Selamat bertugas rekan Permira Rusia! Selamat untuk mengemban tugas dalam membangun dan berkarya bagi PPI Dunia. Selamat juga bagi PPI Austria untuk selalu dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi terbaiknya dari Negara Mozart ini. Jayalah selalu untuk Almamater, Bangsa dan Negara Indonesia tercinta...


All the best,
Hary Febriansyah
Ketua PPI Austria 2011-2012



Friday, 28 August 2015

Literary Evening with Ayu Utami



Ayu Utami, penulis Indonesia yang dikenal dengan karyanya yang berjudul "Saman", menjadi salah satu keynote speaker pada conference EUROSEAS (European Association for South East Asian Studies) yang diselenggarakan pada 11 - 14 Agustus 2015, di Vienna.

Photo by Felix Abrudan


Literary Evening with Ayu Utami di Cafe Prückel pada 14 Agustus adalah salah satu programnya, dengan mana Ayu Utami berbagi cerita dan pikiran dari buku terbarunya "Cerita Cinta Enrico" yang diterbitkan pada 2013.

Anak laki-laki dalam cerita tersebut bernama Enrico yang lahir bersamaan dengan pemberontakan PRRI. Buku ini menceritakan kisah cinta dari sudut pandang seorang anak (Enrico) hingga ia dewasa, di dalam bentangan sejarah Indonesia sejak era pemberontakan daerah hingga Reformasi.

"It is a story of a boy who is now my husband. It has 3 chapters: First Love, Broken Heart, and Last Love."
Photo by Felix Abrudan

Kemudian ia membacakan bab pertama yang menceritakan perjalanan kehidupan Enrico saat baru lahir hingga kanak-kanak dengan setting peristiwa sejarah pada saat itu. Pada bab pertama ini, terdapat banyak cerita mengenai ibu Enrico, bagaimana Enrico mengagumi ibunya yang menurut deskripsinya, merupakan ibu yang cantik, memiliki keterampilan menjahit, dan memiliki sepatu pantovel. 

Sekitar 100 audiens datang untuk menghadiri Literary Evening ini. Ayu Utami mengawali acara ini dengan bernyanyi lagu tradisional Indonesia kemudian dilanjutkan dengan membacakan bab pertama, dan diakhiri dengan selesainya bab pertama.



Monday, 24 August 2015

Phd Story: Chitra Hapsari Ayuningtyas



Chitra Hapsari Ayuningtyas adalah mahasiswi yang mengenyam pendidikan di University of Klagenfurt atau Alpen-Adria-Universität Klagenfurt yang sebentar lagi akan mendapatkan gelar PhD-nya dari bidang studi Informatika.

Smart Home adalah proyek penelitiannya. Apa itu Smart Home? Mungkin istilah ini sama dengan term Internet of Things, yang sederhananya, berarti benda-benda yang dapat tersambung dengan internet, misalnya mobil yang dapat terkoneksi dengan smartphone sehingga kita tidak perlu memegang smartphone saat mengendari mobil. Dan Smart Home adalah benda-benda dalam rumah yang dapat saling terkoneksi, benar tidak Mbak Chitra? 

Lebih jelasnya, mari kita tanya perempuan kelahiran Malang ini...


Bisa jelaskan sedikit tentang penelitian PhD-nya?

Penelitian PhD saya adalah mengenai analisis data sensor dari smart home. Smart home adalah sebuah rumah yang dilengkapi teknologi dengan kemampuan intelegensia untuk mengenali apa yang terjadi pada penghuni dan lingkungannya, serta memberikan respons yang disesuaikan dengan situasi.

http://www.ecnmag.com/sites/ecnmag.com/files/legacyimages/GreenPeak-SmartHome.png
Contoh aplikasinya, dengan mengenali kebiasaan penghuni, smart home bisa menyalakan alarm di pagi hari, mengeset suhu air di kamar mandi sesuai kesukaan, menyalakan mesin kopi dan mengeset televisi pada channel favorit, dengan timing yang disesuaikan dengan aktivitas penghuni. 

Untuk mengamati lingkungannya, pada smart home dipasang berbagai sensor yang dapat mengenali lokasi dan pergerakan penghuni rumah. 

Tugas saya adalah untuk melakukan analisis data dari sensor untuk membangung profil kebiasaan penghuni rumah, sehingga berbagai fungsi rumah dapat dijalankan secara otomatis. 


Bagaimana proses penelitiannya?

Setelah studi literatur, yang harus dilakukan adalah mencari rumah tinggal untuk dijadikan sebagai test bed penelitian. Kemudian dilakukan identifikasi aktivitas penghuni rumah yang akan diamati, dan dirancang sistem sensor yang sesuai. 


Setelah semua sensor dipasang, dilakukan pengambilan data secara terus menerus selama beberapa minggu agar didapatkan data yang cukup. Proses terakhir adalah melakukan analisis data, di antaranya untuk mengetahui pola spasial-temporal aktivitas penghuni rumah.

Apa yang menjadi tantangan di program ini?

Tantangan terberat adalah pada saat pengambilan data, antara lain kendala bahasa untuk berkomunikasi dengan penghuni rumah yang tidak semua lancara berbahasa Inggris (sedangkan bahasa Jerman saya pun pas-pasan). 

Sensor yang kadang rusak sehingga data menjadi tidak akurat dan keterbatasan untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di dalam rumah (sebagai ground truth dalam analisis data) dengan kondisi saya sebagai pengamat eksternal.



Suka duka selama penelitian?

Bisa jalan-jalan, dapat banyak kenalan, dan bisa mengenal secara detail kehidupan keluarga di Austria (walau kadang berasa seperti di acara Big Brother). Dukanya terasa kalau sedang kangen rumah atau sedang capai melihat data yang kadang sudah susah-susah dikumpulkan tapi ternyata tidak bisa terpakai, jadi sedih. 


Bagaimana hasilnya?

Data sudah berhasil dikumpulkan dan akan dibuka untuk publik karena saat ini public dataset dari smart home masih terbatas dan belum ada standard. Untuk analisis data sekarang masih dalam tahap visualisasi data sensor. Berikutnya akan diimplementasikan beberapa algoritma untuk mengenali aktivitas penghuni berdasarkan pola kebiasaanya sehari-hari.

Rencana ke depannya apa?

Sedang menimbang-nimbang antara mengajar atau menjadi independent data analyst (atau jadi ibu rumah tangga, haha)


Friday, 21 August 2015

Perayaan HUT ke-70 RI di Wina, Austria

by Redaksi PPIA


Acquilla, Syifa, dan Bram: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10204882997731118&set=a.10201752171582421.1073741825.1125007511&type=1&theater
Menyambut hari peringatan kemerdekaan Indonesia ke-70, warga Indonesia di Austria melakukan upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi di KBRI Wina, Austria.

Untuk tahun 2015, yang bertugas menaikkan Bendera Merah Putih adalah ketua PPI Austria 2015 Syifa, Bramantio, dan Acquilla.

Bramantio atau biasa disapa Bram yang bertugas sebagai komandan pengibar bendera bercerita sedikit mengenai pengalaman pertamanya menjadi petugas pengibar bendera.

"Saya dan teman-teman latihan paskibra 6 kali dalam waktu 2 minggu sebelum 17 Agustus."
Saat itu cuaca panas, suhu sampai 34 C jadi agak panas juga."

Karena ini pertama kalinya menjadi petugas paskibra, ada beberapa tantangan seperti mengingat komando dan mengambil keputusan kapan harus berhenti.

"Agak susah waktu menentukan kaki yang mana dulu yang berhenti, karena udah lama enggak latihan baris berbaris jadi agak bingung juga. Selain itu juga menyamakan gerakan, karena langkah kaki kami berbeda-beda, saya cepat sedangkan yang lain harus ngejar saya, jadi saya diminta sedikit melambatkan tempo, nah itu lumayan challenging," Bram bercerita.

Latihan mereka tidak sia-sia, karena mereka sukses menaikkan Sang Merah Putih dengan lancar.

"Persiapan sebelum hari H cuman makan saja kalau saya, haha, selain berdoa banyak malam harinya. Dan 30 menit sebelum mulai kita bertiga latihan baris berbaris untuk nyamain tempo dan gerakan. Selesai acara lega banget, hehe. Untungnya kesalahan waktu di latihan tidak terulang di hari H, hehe."



"Terima kasih banyak untuk Mas Wingko, Mas Indra, Mas Ario, dan untuk Pak Rahmat yang sudah melatih kami dan memberi masukan serta Ibu Sugi dan Pak Hono yang mengurusi pakaian dan makanan untuk kami, terima kasih banyak."

Foto bersama tim Pelatih (sumber: KBRI Wina)

PPI Austria mengucapkan selamat hari kemerdekaan RI yang ke 70, semoga kita jadi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur dan berjiwa pejuang. 

"Arti kemerdekaan sendiri kalau buat saya: Merdeka itu hak semua WNI untuk mendapatkan kesetaraan dalam pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Merdeka!"

Foto bersama teman-teman PPI Austria (sumber: KBRI Wina)


Wednesday, 12 August 2015

Summer in Klagenfurt

by Rafika Nurulhuda

Dear PPIers,

How is your summer holiday? Have you visited Klagenfurt yet?

Wörthersee View from Pyramidenkogel

The full name of this city is actually Klagenfurt am Wörthersee, even though it is commonly referred to as simply Klagenfurt. With an area of 120,1 km² and population of only around 97,000, Klagenfurt is the capital city of the southern region of Austria called Kärnten or Carinthia. Carinthia, I suppose, is one of the main destinations for the summer vacation in Austria. This is not only due to its famous alpine lake Wörthersee, but also because of various other activities that you can enjoy doing in nature.

The hotel prices might be somewhat expensive but Klagenfurt is a fun place to refresh your mind during summer and there are two students who are willing to offer you a space in their wohnung :D (*poke mbak Ika*)

Besides finding information in the internet (visitklagenfurt.at, klagenfurt.at/tourismus, strandbad-klagenfurt.at, http://www.kaernten-top10.at/en, http://www.woerthersee.com/en), here are some tips from me if you plan to visit Klagenfurt for several days:

1. Swim at Strandbad Klagenfurt Wörthersee:

Don't say you have been to Klagenfurt if you have not been to Strandbad. It can be said to be the main site tourists go to in summer.
From children to elderly, hundreds of people come here to swim, enjoy the sun or just relax and sleep under a tree :p You do have to pay an entrance fee, but the price decreases as the day passes.



Klagenfurt-Sport.at


Near the Strandbad are a camping site, a mini golf course and a bike rental store:
- Camping site: http://www.camping-woerthersee.at/en_en_xhtml-14-prices.php
-Minigolf: EUR 5,9 (first round, EUR 4 to continue on a second round) http://www.adventureminigolf.at/#Info
-
-Rental Bike: 1 hour: EUR 5, 1 day: EUR 12-15 (dont forget to bring your ID or passport). The bike rental store is located at the entrance to the camping site.

2. Bike around Wörthersee:

There is a bike path to go around the lake which  is around 20 km. I
 myself have never succeeded to bike around it because I get tired and decide to go back, hehe. I have only managed to reach Portschach.


Bike path around the lake

There is minigolf in Krumpendorf with two different courses on offer (18 holes for €3,50 or 12 holes for €3,00) if you want to rest for a while.




3. Bike around the City:

Besides biking around the lake, there are also bike paths around the city. There are maps and signs that show the paths at almost every corner in the street.



Bike path around the city


The signs for bike paths and directions


Bike road next to Glanfurt river

Or you could also jog if you want!

4. Wörthersee view from Pyramidenkogel:

Pyramidenkogel is a tower built of wood and steel said the highest wooden Observation Tower in the world (100 metres) located in a mountain south of the Wörthersee.
Pyramidenkogel Tower




You can buy a CombiTicket in the Postbus going to the Pyramidenkogel which costs EUR 16. It includes the bus directly to, and also back from, Pyramidenkogel, entrance  to the tower with usage of the lift included (usual price for adults is EUR 11 and student EUR 8), and one boat trip back to Klagenfurt/Strandbad from Reifnitz. (The extra cost if you want to slide down from the Tower is EUR 4.)
View of Wörthersee



The area around the Pyramidenkogel is also great for hiking and mountain biking. There are several marked hiking paths you can choose from and since you are walking through wooded areas you wont be affected by strong sun too much.



From Pyramidenkogel, I hiked down towards the Reifnitz boat station and it took me around 2 hours to finish the 5,4 km. Don't be afraid to get lost because you will-no I mean, there will be signs in the forest and it is very easy to follow. Also, don't forget to check the boat schedule from Reifnitz.


5. Sommerrodelnbahn:

In English, it is called Summer Toboggan Run. To reach it in Kaernten may be a bit far and time consuming, especially if you rely on Kaernten Linien Bus. But if you have a car, you can visit a smaller lake called Klopeiner See and during your trip there, you can stop by for awhile to try the ride in the area called Ebendorf. 

It is somewhat similar to the rollercoaster in an amusement park but the difference is that the track leads you around the forest, thus it feels more adventurous. Plus, there is a break that you can use to make it slower (unlike the scary rides in the amusement park). For  adults, it costs EUR 7 and for children, it costs EUR 5,50.



6. Stand Up Paddling:


This is another activity you could do in Strandbad. Beside the slides , there is a booth to register for stand up paddling. You could also bring your child with you to sit in the front. You don't need to bring a vest for your child because they will provide you one. There is a map near the booth to show you where you could paddle in the lake and how long it would take to go to the location. 



You can rest for a while and dip yourself in the lake. Trust me, it's worth the try.

Price:
EUR 8 for 30 minutes
EUR 12 for 1 hour
EUR 18 for 2 hours

Tips: bring a water proof camera if you have one or bring your pocket camera or handphone and put it in a small bag (but make sure you don't fall!). Also don't forget to bring your watch to check when to get back.


If you plan to visit Klagenfurt with your children, you also don't want miss out on Minimundus and Reptil Zoo. Minimundus is a miniature park near the Strandbad that displays 100 miniatures from around the world. 



So, before summer is gone, you have to see the beautiful Klagenfurt!



P.S. if you have any questions regarding Klagenfurt (busses, schedules, etc), you can email me at rafika089@gmail.com.

Monday, 10 August 2015

Bincang Rame Komunitas (calon) Doktor (Bicara Kotor) di Austria

by Redaksi PPI


Dok. KBRI Wina

Dalam rangkaian semangat peringatan 70 tahun Kemerdekaan RI , Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Austria didukung oleh Kedutaan Besar RI di Wina pada sabtu (1/8) menyelenggarakan acara Bincang Rame Komunitas Doktor Austria. 

Acara ini sendiri merupakan inisiasi awal dari komunitas kandidat doktor Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Austria sebagai ajang tukar pikiran menyikapi perkembangan di luar keilmuan yang sedang digeluti masing-masing. 

Saat ini terdaftar 38 orang kandidat doktor tersebar di seantero Austria. Para cendekia ini tersebar di beberapa negara bagian seperti di Wina, Graz, Leoben, Linz, Klagenfurt dan Innsbruck. Bidang yang digeluti pun bermacam-macam, mulai dari bidang sosial seperti filsafat dan manajemen hingga di bidang sains terapan seperti informatika, kimia, kedokteran, mesin, sipil, pertambangan, industri, pertanian, dan arsitektur. 

Keberagaman ini tentu saja memiliki nilai-nilai positif yang harapannya nanti dapat diterapkan sekembalinya di tanah air. Lebih khusus lagi kegiatan ini dikaitkan dengan HUT Kemerdekaan RI yang ke-70, dengan bertemakan “Implementasi Semangat 70 tahun Kemerdekaan RI dalam Keilmuan” agar para kandidat doktor ini sudah bisa mengarahkan fokus penelitiannya nanti akan diarahkan kemana guna mendukung pembangunan bangsa. Selain itu, kegiatan ini harapannya mampu mendorong percepatan penyelesaian studi. 

“Semoga acara semacam ini dapat terus berkesinambungan pelaksanaanya sehingga memantik semangat untuk terus mengembangkan diri diantara calon doktor khususnya semangat untuk terus belajar bagi sarjana dan master”, sambut Ketua PPI Austria, Syifa Nurhanifah.

Dok. KBRI Wina
Tampil sebagai pembicara utama dalam kesempatan ini Duta Besar berkuasa penuh untuk Austria, Slovenia dan PBB di Wina, HE Rachmat Budiman. Dari komunitas doktor tampil lima mahasiswa, Arlavinda Rezqita, Fajar Juang Ekaputra, Peb Ruswono Aryan, Rasmiaditya Silasari dan Yusfan Adeputera Yusran. Masing-masing membawa materi yang berkaitan dengan keilmuan yang digeluti.

Di awal sesi, Fajar membuka dengan presentasi mengenai pentingnya Ontology dalam pengolahan informasi. Salah satu kajian dalam bidang ilmu informatika ini dikembangkan olehnya untuk mempermudah dalam pengaturan sematik web. Sesi selanjutnya diisi oleh Arlavinda dengan penelitiannya tentang baterai Li-ion selama ini di AIT. Silikon menurutnya dapat memperpanjang kemampuan baterai Li-ion bekerja. Giliran selanjutnya oleh Peb dengan presentasi mengenai pengaturan data untuk memudahkan pengelompokan informasi. Dengan penelitiannya, dia berharap dapat mengembangkan pengelolaan informasi agar lebih terintegrasi. 


Dok.KBRI Wina

Setelah coffe break, giliran Rasmiaditya dengan mempresentasikan penelitiannya tentang limpasan air yang berguna bagi lahan pertanian. Dalam penelitiannya, Rasmi melihat pola limpasan air hujan pada area tanah yang miring dengan harapan dapat mengontrol erosi dan sedimentasi. Setelah itu, materi yang dibawakan berkaitan dengan upaya konservasi rumah tradisional di Indonesia. Materi yang dipresentasikan Yusfan ini mengupas hasil penelitiannya selama di Austria yang mengamati banyaknya open-air museum di sana dan melihat ini sebagai kesempatan untuk coba diterapkan di Indonesia demi menyelamatkan rumah tradisional yang faktanya di beberapa daerah di tanah air terancam rusak dan punah. 

Di penghujung acara, tampil sebagai pembicara Dubes RI berkuasa penuh untuk Austria, Slovenia dan PPB di Wina, Rachmat Budiman memaparkan tentang implementasi keilmuan terhadap pembangunan bangsa. “Tujuan dari kegiatan ini adalah bagaimana para calon doktor ini mempresentasikan sejauh mana ilmu yang didapat dan juga sebagai ajang pertukaran informasi sehingga dapat diintegrasikan dengan kebutuhan bangsa saat ini”, ujar Dubes Rachmat Budiman dalam presentasinya.

Dok. KBRI Wina
Acara ini dihadiri oleh masyarakat dan mahasiswa yang tinggal di Austria. Selain itu dihadiri pula oleh akademisi dari beberapa universitas dan masyarakat Austria yang tergabung dalam Austria Indonesia Society (Perhimpunan Masyarakat Indonesia – Austria). “Semoga acara ini menjadi agenda yang berkelanjutan”, ujar Prof. A Min Tjoa, salah satu audiens yang juga direktur institut sistem interaktif dan teknologi perangkat lunak di Vienna Institute of Technology.