/* Whatsapp css setting */ .tist{background:#35BA47; color:#fff; padding:2px 6px; border-radius:3px;} a.tist:hover{color:#fff !important;

Friday, 26 June 2015

Menjawab pertanyaan, "Why do you fast?"

Pada awal bulan puasa, flatmates saya menghampiri saya, "Are you doing Ramadhan fasting? When do you start?"

"Yes.18th June. How do you know?"

"Last year you told me it's somewhere in June, so I was searching in the internet when it is."
Lalu mereka menanyakan hal-hal basic seperti, "berapa lama berpuasa? berapa jam? enggak boleh minum juga? kapan boleh makan lagi? terus kamu harus ngapain aja selama berpuasa?"

Rasa penasarannya pun terus berkembang. Beberapa hari kemudian, flatmate saya sempat bertanya-tanya pada saya, "Are you okay? Do you feel hungry? How do you feel? Weak? Dizzy?"

Terlihat jelas sekali dari ekspresinya bahwa ia khawatir. Saya merasa tersentuh dengan perhatiannya. Saya berkata dengan jujur bahwa rasa lapar pasti ada, tapi saya merasa baik-baik saja dan sedikit menghiburnya agar tidak terlalu khawatir.

"I feel fine. But if I faint, you have to take me to the hospital."

(Malah tambah khawatir ya, hehehe)

Pertanyaan selanjutnya adalah, "Why?"

Terus saya jawab, "Ya Google aja kali."-- nope, I didn't do that, of course.

Mungkin kalian juga pernah mengalami hal yang sama dan tidak tahu bagaimana menjawabnya. Berdasarkan pengalaman saya, kalau menjelaskan dari segi agama, it doesn't seem to work (unless that person is interested in religion and fulfilling spiritual needs). Kalau dari segi self-development, ada yang mengerti ada yang enggak.

Terus saya berfikir, bagaimana caranya agar ia mengerti dan menerima? (maksudnya supaya enggak khawatir lagi sama saya, hehehe)

Sampailah saya pada konklusi, bahwa...
Saya harus tahu siapa mereka, apa pandangan mereka, apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka anggap penting. Sama halnya dengan promosi suatu produk, kita harus kenal target kita untuk tahu apa yang harus disampaikan. Pandangan orang Barat pada umumnya butuh penjelasan yang ilmiah.

"According to some scientific researches, there was a research from UniWien, fasting is actually healthy. It has health benefits," saya mencoba menjawab.

Ada yang mengangguk dan setuju karena mereka sendiri pernah baca, ada yang mengangguk namun dia berkata, "But I could never imagine myself not eating."

Hm, saya berfikir lagi. Akhir-akhir ini flatmate saya beberapa kali dalam seminggu melakukan olahraga untuk menurunkan berat badan dan asupan makanannya dijaga. 

A lightbulb pops in my head.

"It makes you skinnier. I have lost some weight."

"Really?" 

Nada suaranya terdengar lebih ceria. Dan ketika saya merasa sudah di level yang sama, barulah saya menjelaskan salah satu manfaat puasa itu.

Tubuh kita ketika kelaparan akan membakar dan mencerna lemak dan menjadikannya energi, dan tentunya, puasa juga proses detoxification. Racun di dalam tubuh akan dihancurkan dan dikeluarkan oleh tubuh. Puasa sebaiknya dilakukan dengan benar seperti asupan makanan yang bernutrisi ketika sahur. Tentunya dari segi spiritual juga banyak manfaatnya, namun agar teman-teman saya bisa menerima penjelasan saya, saya jelaskan dari segi kesehatannya, hehe. 

Dari situ lah, mereka mulai menerima, walaupun pertanyaan seperti "Do you feel okay to be hungry?" masih suka dilontarkan olehnya.

And the only thing I can say is, "It is all about the mindset. If you really want to do it and if you think you can, you can. I have done this many times and nothing bad happened."
Well, that is kind of a philosophical approach, hehe.

Semoga ini dapat membantu kalian yang diserbu dengan pertanyaan-pertanyaan serupa. Hanya tips dari pengalaman pribadi :)

Selamat berpuasa bagi yang menjalankannya :)


No comments:

Post a Comment