/* Whatsapp css setting */ .tist{background:#35BA47; color:#fff; padding:2px 6px; border-radius:3px;} a.tist:hover{color:#fff !important;

Friday 20 February 2015

Phd Story: Andriati Ningrum (Wien)

by Rafika Nurulhuda


Beberapa hari yang lalu, salah satu mahasiswi S3 di Wina telah berhasil lulus dissertation defence di Institute of Food Science BOKU, dalam program "Laboratory of Food Chemistry". Perempuan kelahiran Jakarta 13 Juni ini menyempatkan waktu untuk berbagi ilmu dan pengalaman menulis disertasinya, yang berjudul "Flavor Compounds from Carotenoids Oxidation in Pandan Leaves (Pandanous amaryllifolius Roxb.)". Bagi orang awam seperti saya (sang penulis), judul tersebut membuat saya bertanya-tanya, apa itu Carotenoids Oxidation? Mari kita tanya Dr.rer.nat Andriati Ningrum, karena terdengarnya sangat menarik. Jangan sampai kita pahamnya hanya ‘pandan leaves’ saja ;) 


Btw, selain sibuk penelitian, ia juga sempat menjadi guru di salah satu sekolah internasional di Wina loh, mari kita tanya ibu guru ini tentang S3-nya!

Bisa dijelaskan disertasinya tentang apa dan apa yang dimaksud dengan "carotenoids oxidation"?
Wahh haha, jadi ingat waktu dissertation defence, ada pertanyaan itu... 
Aku ingin promote salah satu biodiversity dari Indonesia, dan pandan itu kan salah satu tanaman indigenous dari Indonesia, native dari Indonesia, dengan nama latinnya Pandanus amaryllifolius. Nama'pandan' nya kan dari Indonesia walaupun daun pandan itu bisa juga ditemukan di beberapa negara lain, seperti di Malaysia, Thailand, Vietnam, dan sebagainya, tapi genusnya itu asli dari Indonesia. 

Jadi aku ingin mengangkat salah satu tanaman native dari Indonesia. Fungsi daun ini banyak sebenarnya, dari zaman nenek moyang digunakan untuk pewarna, untuk pewangi, bahkan untuk improve aroma beras. Beras biasa jadi bisa punya aroma seperti premium rice, seperti Jasmin.

Ini sebenarnya lumayan menarik loh untuk diinvestigasi lebih lanjut, terutama kaitannya dengan food fraud. Jadi kan sekarang banyak sekali kriminalitas dalam bidang pangan. Mungkin Rafika pernah dengar yang kebab, dibilangnya ini Kebab Huhn, kebab chicken tapi ternyata dagingnya daging kuda yang sudah tua, kuda pacuan yang sudah banyak disuntik berbagai macam obat untuk meningkat stamina mereka untuk pacuan, bahaya yaa, ya itu food fraud. 

Mungkin di Indonesia, saya pernah dengar beras biasa disimpan dengan pandan tapi dia bilang "Oh ini beras Cianjur", yang harganya bisa jauh lebih tinggi. Kalau ini dilanjutkan risetnya cukup menarik juga, bagaimana membedakan beras biasa yang disimpan dengan daun pandan dengan beras premium rice, bagian apa yang bisa dilihat untuk membedakannya. Dan ternyata fungsinya bisa sebagai anti-insect loh. Ternyata kecoa itu enggak suka sama daun pandan dan ini alami. Kalau back to nature kan lebih sehat.

Jadi, disertasi topikku judulnya adalah
"Flavor Compounds from Carotenoids Oxidation in Pandan Leaves". Melihat fungsi-fungsi dari daun pandan tadi, saya ingin melihat bagaimana aroma daun pandan terbentuk dari pewarna alami yang jenisnya carotenoid. Mungkin kalau misalnya Rafika pergi ke DM atau BIPA, banyak suplemen carotenoid, itu sebenarnya salah satu jenis pewarna alami yang banyak ditemukan di sayur, buah, bahkan di orange juga ada, di salmon juga ada, dan itu bagus banget untuk antioxidant. 


Kalau dingin gini ya, antioxidant bagus untuk meningkatkan imunitas kita dari beberapa senyawa yang berbahaya. Untuk mata, misalnya dari kecil suka makan sayur atau buah, mungkin bisa menurunkan kemungkinan untuk terkena mata minus-- haha mungkin aku dulu kurang makan buah atau sayur jadi harus pakai kacamata tebal...


http://manfaat.co.id/manfaat-daun-pandan

Nahh... untuk "carotenoid oxidation" sendiri, jadi dari oksidasi si pewarna ini bisa menghasilkan aroma. Bagaimana aroma dalam makanan itu bisa terbentuk dari pigmen alami dari daun ini. "Carotenoid oxidation" itu oksidasi dari pewarna alami yang bisa menghasilkan aroma. Bagaimana aroma daun pandan bisa terbentuk dari carotenoid, salah satu jenis pewarna dalam daun pandan itu.

 Waktu itu aku ikut seminar tentang Flavour and Fragrance. Flavour lebih orientasi ke aroma makanan, dan fragrance itu aroma untuk kosmetik. Sebenarnya beberapa sumber dari Indonesia, seperti kayu cendana, banyak di expose di seminar itu. Memang kita banyak biodiversitas cuman sayangnya pemanfaatannya kurang. Ini alasan kenapa aku ingin menonjolkan salah satu biodiversity dari Indonesia. Karena aku cuma sendiri, kalau ada tim, bisa lebih banyak sumber daya yang bisa kita investigasi. Mudah-mudahan ke depannya bisa dapat chance untuk lebih promote beberapa sumber daya alam kita. 

Proses penelitiannya seperti apa?
Aku programnya minimal 3 tahun ya. Awalnya aku nulis proposal untuk risetnya dulu, ehh terus bosku tanya "What are you doing? What do you want to do here?" Haha.. Terus dikomunikasikan lah dengan beliau.

Selain proposal penelitian, kita juga harus menuliskan mata kuliah apa saja yang akan diambil. Kami diminta minimal 20 ECTS, sisanya penelitian. Setelah proposal di-approve, baru keluar bescheid-nya. Bescheid itu approval dari universitas tentang riset kita selama beberapa mata kuliah yang di approve itu. Lalu saya coba untuk menemukan metode *ketawa entah kenapa* 

Aku lab work, eksperimen di lab. Waktu pertama aku dibantu oleh salah satu mahasiswa Master dari Vietnam. Kita coba establish satu metode baru, untuk analisa aroma, namanya .. *sang penulis enggak ngerti dan kebingungan* , jadi kayak needle untuk absorb, terus diinject ke gaskromatografi (GC), itu salah satu tehniknya. 

Dari situ bisa kelihatan profil aromanya apa saja, dan ternyata ratusan! *ketawa* 
Jadi ada ratusan senyawa di daun pandan, tapi aku identifikasi senyawa untuk risetku dan ada beberapa analisa instrumen lainnya. Tadi GC untuk aroma, kalau untuk analisa carotenoidnya, pewarnanya itu aku pakai instrumen lain... Ya seperti itulah *ketawa lagi*


Alat GC

Jadi tahun pertama, persiapan proposal, submit proposal, dan establish metode yang akan digunakan. Akhir tahun, bos aku minta diseminasi hasil riset sementara dari proses percobaan metode-metode tadi untuk analisanya itu. Waktu itu ke Jerman dan Sweden untuk presentasi disana. 

Jadi sempat ambil mata kuliah sampai tahun kedua, terus ada beberapa seminar yang harus dihadiri, dan professorku udah minta, "Bagaimana? Untuk kelulusan kan diminta publikasi internasional", yang harus terindeks, jurnal yang terakreditasi, bukan jurnal sembarangan, ya dicoba propose. Alhamdulillah, tahun ketiga awal, paper pertama baru keterima, karena ternyata itu butuh 6 bulan sampai 1 tahun sampai diterima oleh si jurnalnya itu. Kita mengirimkan ke editorial jurnalnya, mereka akan lihat ini layak dipublish atau tidak. Kalau tidak layak ya akan direject, "maaf, kurang cocok", dengan bahasa yang lebih halus ya. Saya dapat dua kali surat penolakan cinta dari jurnal *ketawa* oh sedih banget, kita udah riset, begadang, eh ditolak. 

Setelah proposal di approve, ke Indonesia untuk ambil sample daun pandan?
Sebelum ke Wina, waktu itu aku sempat bawa beberapa sample, tapi bukan daun pandan saja, banyak juga daun-daun lainnya, daun jeruk dan sebagainya. Pokoknya ingin promote salah satu tanaman kita lah. Masa kita jauh-jauh sekolah tidak ada yang bisa kita berikan ke Indonesia. Ya setidaknya untuk mempromosikan, mungkin kalau ada teman yang bisa membantu lebih banyak ada beberapa yang bisa aku teliti juga. Tapi sekarang daun pandan saja dulu. Akhir tahun sempat pulang ke Indonesia dan aku sempatkan lagi untuk ambil sample. Sebenarnya disini juga bisa dapat daun pandan cuman dari Thailand dan Vietnam. 

Ada pengalaman menarik selama penelitian? Suka duka?
Wah banyak ya, ini bisa jadi novel haha...
Saya merasa belajar di tingkatan Phd itu, kita harus independent ya. Ini benar-benar dinilai Anda harus indepedent, dari konsep sampai penelitian. Hubungan dengan supervisor, dia hanya sebatas kasih suggestion, beda dengan tingkatan lainnya yang masih di guide. Yang menarik lainnya selain harus bersikap lebih independent, yang pastinya harus lebih dewasa, kita juga diminta untuk tanggung jawab. Kita di lab, yang Phd cuma aku sendiri, ada beberapa teman Master dan Bachelor, jadi sharing knowledge.. menarik diskusi dengan orang-orang yang asalnya beda negara, cukup memberikan masukan ke aku.

Instrumen yg aku pakai agak mahal, jadi harus hati-hati. Kalau rusak, biaya servis mahal sekali. Waktu di Jepang, sampai 3 milyar biaya servisnya. Kita pakai alat tapi harus take care juga. Dengan metode baru (SPMI) yang aku pakai, saat itu alatnya enggak bisa adaptasi dengan baik, jadi bocor gasnya haha.. temanku sih yang pakai, tiba-tiba dia bilang ada danger activity, tapi pas aku coba enggak apa-apa, jadi memang harus take care. 

Kita juga berinteraksi dengan bahan-bahan kimia, kita harus selalu pakai glove dan coat, untuk melindungi kita. Kita membutuhkan bahan-bahan kimia untuk menganalisa senyawa-senyawa untuk memperoleh data primer. Alhamdulillah selama disini enggak ada yang major, tapi waktu di Jepang, glove ku pernah bolong dan terkena nikrogen cair, jadi kapalan, terus ke klinik. Sayangnya disini enggak ada klinik di uni jadi harus langsung ke dokter. Tapi disini safety cukup ditekankan. Kalau mau masuk lab harus tanda tangan satu kontrak, ada effect safety yang harus kita patuhi. Ada salah satu teman di Tulln, beliau pakai jilbab, diingatkan oleh salah satu kepala labnya, "Jilbab kamu jangan pakai salah satu jenis polyester ya", cepat kebakar kalau kena panas. Bagus ya strict tapi memang harus hati-hati. 

Secara singkat, hasil risetnya?
Profil aroma daun pandan, profil pewarna alami dari carotenoid, dan bagaimana aroma bisa terbentuk dari carotenoid, dengan salah satu reaksi enzimatis, dan cukup green chemi. Sekarang banyak istilah green chemistry, kimia yang lebih environmental friendly, jadi pembentukan aroma dari senyawa pigmen dengan reaksi kimia yang environment friendly itu bagaimana. 





Ada efek samping jika berlebihan mengonsumsi daun pandan? 
Sejauh ini menunjukkan banyak banget efek positifnya, bahkan kalau di Indonesia banyak banget tradisional medicine ya, yang herbal, sirsak dan lain-lain. Kalau dari salah satu penelitian lain, dia menemukan salah satu senyawa dari daun pandan, yang namanya pandanin, itu bisa berefek anti virus. Anti influenza virus, anti herpes-- bagus kan. Terus juga anti oksidan juga cukup tinggi untuk meningkatan imunitas tubuh kita. Kemarin sempat melihat bagaimana aplikasi daun pandan ke minyak yang bisa meningkatkan aktifitas anti oksidan minyak, jadi enggak cepat tengik.

  Apa rencana ke depan? Ngajar lagi?
InsyaAllah kalau bisa, langsung ngajar di Jogja, kembali lagi ke kampus biru UGM. Aku sempat ngajar 2 tahun di Jogja sebelum S3. Alhamdulillah, mudah-mudahan ilmunya bermanfaat.


No comments:

Post a Comment